Bunda, Rindu Ini Melangit
Lagi!
Publikasi: 22/12/2004 09:28
WIB
Cintamu padaku,
Berakar di sukma Rindangnya memenuhi jiwa Sepanjang masa
(sebuah sumber)
Berakar di sukma Rindangnya memenuhi jiwa Sepanjang masa
(sebuah sumber)
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu bapaknya,
Ibunya telah mengandungnya
Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
...."
(QS Luqman : 14)
kepada kedua orang ibu bapaknya,
Ibunya telah mengandungnya
Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
...."
(QS Luqman : 14)
eramuslim - Bunda, malam ini tiba-tiba
saja aku mengingatmu dengan utuh. Gurat syahdumu, tulus senyummu bahkan gaya
berceritamu di masa kecil. Tiba-tiba saja bayangan sosok anggunmu dengan sorot
mata penuh cinta hadir dalam jeda yang panjang kemudian menghilang. Sedang
apakah saat ini bunda? Membaca buku? Tadarus Al-Qur'an? Menonton televisi atau
ah entahlah, aku tidak yakin apa yang sedang bunda kerjakan saat ini. Mungkin
juga bunda tengah bersiap di peraduan. Malam sudah akan beranjak. Tidur bunda
selalu awal. Itu yang kutau. Ah, semoga bunda baik-baik saja.
Bunda, mata ini sudah dari tadi berkabut. Orang-orang
yang lalu lalang tak lagi aku pedulikan. Pandangan ini bahkan telah samar.
Bening air mata mungkin sebentar lagi luruh. Duh, mengapa lama sekali
petugas itu memanggil dan menyerahkah obat yang akan aku tebus. Bunda, aku
takut.
Bunda, betapa aku ingin menujumu detik ini juga.
Merengkuh banyak kekuatan yang seringkali engkau persembahkan ketika masalah
tengah menghadang. Memetik bulir-bulir kedamaian yang selalu kau hunjamkan
teguh ke kedalaman jiwa. "Bunda yakin, Allah pasti memberikan jalan atas
masalahmu. Allah tahu batas kemampuanmu. Ia sudah menakarnya. Kamu yang harus yakin."
Bunda, betapa bahagia jika saat ini engkau nyata di
hadapanku, inginnya aku bersimpuh di pangkuan dan meneguk percik-percik pinta
yang kau senandungkan sempurna kepada Allahu Rabbana. "Semoga anak bunda
jadi anak yang shalihah, pintar dan mendapat pendamping hidup yang
shalih", "Semoga kamu, nak, sehat dan diberikan rezeki yang
berkah".
Bunda, sungguh gembira tak terkira bila kau ada di sini
sekarang, hingga dengan bebas aku meminta kesediaanmu untuk membaluri jiwa
dengan param hangat doa-doa ikhlasmu hingga ketenangan itu menjulang. Bunda
betapa ingin ku raih itu semua sekarang juga. Dada ini bunda, seperti diterjang
beribu gempa.
Tahukah bunda, dokter yang memeriksaku barusan
memberitahu bahwa janin yang tengah ku kandung tidak bergerak. Aku melihatnya
bunda. Gumpalan kecil itu terlihat di layar monitor jelas sekali. Aku
melihatnya bunda. Si kecil yang Allah amanahkan di dalam rahim. Dokter
mengguncang-guncang alat itu agar si kecil bergerak. Berkali-kali. Lagi dan
lagi. Ia diam bunda. Senyap. "Allah, janin kecilku."
"Bu, saya masih belum yakin dengan keadaan janin
ibu. Dua minggu yang akan datang, kontrol lagi yah, untuk kepastiannya,"
suara dokter sayup-sayup singgah di telinga. Ia menuliskan resep dan dengan
senyuman tulus mengangsurkan kertas itu ke hadapan. "Sabar ya bu, banyak
berdo'a," tambahnya menenangkan.
Bunda, kecemasan ini begitu kental. Aku merasakannya
sekarang perkataan bunda di waktu lalu. "Nak, jangan buat bunda cemas,
hati bunda seperti belah ketika kau belum datang juga, lain kali telpon jika
akan menginap", "Nak, makanlah, agar sakitmu segera sembuh, bunda tak
bisa tidur melihatmu berbaring lemah, bunda cemas nak, sungguh!". Duh
bunda, aku tahu khawatir itu saat ini.
Dua bulan yang lalu dokter memberi tahu bahwa aku resmi
menjadi seorang ibunda. Dan sejak saat itu, aku mulai merasakan perasaan yang
tumbuh berganti-ganti. Kesayangan, kebahagiaan, kecemasan hingga perasaan tanpa
nama. Bunda, betapa tidak mudah ternyata menyandang gelar itu. Lelah
berhari-hari karena mual dan pusing. Menghindari banyak makanan dan menelan
obat dan vitamin agar janin yang dikandung sehat. Aku juga harus berhati-hati
dalam banyak hal. Dan semuanya, segalanya, demi sesosok cinta di dalam sana.
Bunda, seperti ucapanmu bahwa do'a seorang bunda seperti
tuah, seperti bisa, selalu ampuh. Maka aku memohon kepadamu, do'akan agar
amanah Allah yang tengah ku kandung baik-baik saja. Pintakan kepada Allah, agar
si kecil tumbuh dengan sempurna. Aku juga selalu berdoa untuk amanah ini, do'a
yang bunda sendiri ajarkan,
"Ya Allah, lindungilah ia yang berada di rahim
hamba, jadikanlah ia dalam keadaan baik, bentuk yang sempurna, rupa yang elok,
dan teguhkanlah kelak dan hatinya keimanan kepada Mu, mengikuti sunnah Rasul
Muhammad, berikanlah kebaikan untuknya di dunia dan akhirat."
Aku
sayang bunda. Sungguh. Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari
bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik
kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda
bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan,
kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua.
Surga.
Bunda, sudah berapa lama kita tidak bertemu. Rindu
padamu bunda, membumbung tinggi. Bunda, perkenankan aku bersimpuh dari jauh.
Dalam gundah. Dalam lelah. Di setiap detak tak tentu. Serta dalam degup yang
menderu. Ingin kusampaikan untai kata ini di gendang telinga mu "Bunda,
rindu ini melangit lagi!"
***
Husnul Mubarikah
*Untuk semua bunda di seluruh dunia, "Selamat
Hari Ibu!".
*Untuk yang tadi subuh menelpon dan mengingatkan QS Luqman:14.
*Untuk yang tadi subuh menelpon dan mengingatkan QS Luqman:14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar